Kisah Kakek Penjual Amplop
Di kota Bandung, Jl. Ganesha 7 tepatnya
sekitar Masjid Salman (ITB) terdapat seorang kakek tua yang kerap
berjualan amplop didepan sana. Kakek itu menjual amplop yang telah
terbungkus didalam plastik. Bagi sebagian orang mungkin barang dagangan
tersebut terlihat tidak umum diantara pedagang lainnya di pasar kaget
tersebut seperti halnya makanan, minuman, aksesoris, pakaian, DVD dsb.
Kakek tersebut bergabung diantara kerumunan pedangang lainnya dengan
dagangan amplopnya.
Mempertimbangkan usia dari kakek
tersebut, barangkali ia tidak menyadari dengan perkembangan teknologi
saat ini yang membuat keberadaan amplop sudah semakin jarang digunakan,
namun kakek ini tetap berjualan amplop. Sebagai warga yang kerap
melewati jalan / pasar kaget tersebut, ada kalanya akan merasa iba
dengan dagangan kakek tua yang sulit terjual tersebut.
Menurut penulis tersebut, pada hari
Jumat itu ketika hendak pergi shalat di Masjid Salman, ia melihat kakek
tersebut terpekur di depan barang dagangannya. Penulis mendekat untuk
membeli amplop dari kakek tersebut sembari bertanya harga amplop
tersebut. Dijawab oleh kakek itu, “Seribu” dengan suara lirih. Tak bisa
menahan keharuan mendengar penuturan kakek itu, sang penulis membeli
sepuluh bungkus amplop seharga sepuluh ribu rupiah.Dengan perasaan
gembira, kakek tersebut segera memasukkan amplop tersebut ke kotak
amplop bekas lainnya dengan tangan yang bergetar.
Si penulis lanjut bertanya kepada kakek
tersebut mengapa menjual amplop tersebut dengan harga yang semurah itu,
mengingat harga sebuah amplop di warung bahkan menjual dengan harga
diatas itu. Kemudian kakek tersebut menunjukkan kuitansi pembelian dari
satu bungkus amplop yang berisi 10 lembar tersebut. Tertulis Rp.7500,-
Dengan demikian, kakek tua tersebut
hanya mengambil keuntungan sebesar Rp.2500,- per-bungkus amplop yang
terjual atau sama dengan Rp.250,- per-lembar amplop.
Renungan Bagi Kita Semua
Terkadang kita masih mengeluhkan
keuntungan yang kita dapat yang tidak seberapa. Terkadang kita masih
memperhitungkan pendapatan kita yang tidak bertambah. Namun dibalik itu
semua ternyata masih banyak orang lain yang tetap berkorban keringat dan
tenaga meskipun hanya untuk keuntungan yang tidak seberapa yang mana
bagi mereka sangatlah berharga, seperti kakek penjual amplop tersebut.
Sebagai sesama manusia, sesungguhnya
kita dapat membantu orang-orang seperti kakek tersebut. Bukan melalui
uang, namun bantulah untuk membeli barang dagangan mereka meskipun
terkadang harga mereka sedikit lebih mahal daripada toko. Semoga amal
baik kita semua akan mendapat balasan dari TYME.
Demikianlah Artikel Motivasi – Kisah Kakek Penjual Amplop. Semoga memberi inspiratif.
0 komentar:
Posting Komentar